Blogger Widgets

me gif

me gif
me gif

20 Feb 2016

Majlis Rasulullah SAW Malang-Jawa Timur Masjid Sabilillah, Blimbing, Kota Malang 05 Djumadil Awal 1437 H / 14 Februari 2016 M Mauidhotul Khasanah KH. Salim Nur

Majlis Rasulullah SAW Malang-Jawa Timur
Masjid Sabilillah, Blimbing, Kota Malang
05 Djumadil Awal 1437 H / 14 Februari 2016 M

Mauidhotul Khasanah
KH. Salim Nur

"Allah SWT memandang baik siapapun yang memuji bersholawat kepada Rasulullah SAW. Allah SWT juga tidak pernah memuji nabi terdahulu sebagaimana Allah SWT memuji Nabi Muhammad SAW. Pujian Allah SWT kepada beliau tidak akan tertandingi oleh siapapun. Sebaik-baiknya pujian kepada Nabi Muammad SAW adalah pujian Allah SWT. Maka dari itu siapa saja yang memuji bersholawat kepada Rasulullah SAW akan mulia disisi Allah SWT dan mulia disisi Rasulullah SAW.
Dahulu di masa seorang penyair hebat dan sangat terkenal yaitu syaikh Farazdaq dimana beliau selalu asyik memuji Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau mempunyai kebiasaan melakukan ibadah haji setiap tahunnya. Suatu waktu ketika beliau melakukan ibadah haji kemudian datang berziarah ke makam Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan membaca qasidah di makam beliau shallallahu ‘alaihi wasallam,dan ketika itu ada seseorang yang mendengarkan qasidah pujian yang dilantunkannya, setelah selesai membaca qasidah orang itu menemui syaikh Farazdaq dan mengajak beliau untuk makan siang ke rumahnya, beliau pun menerima ajakan orang tersebut dan setelah berjalan jauh hingga keluar dari Madinah Al Munawwarah hingga sampai di rumah orang tersebut.
Sesampainya di dalam rumah orang tersebut memegangi syaikh Farazdaq dan berkata:
“sungguh aku sangat membenci orang-orang yang memuji-muji Muhammad, dan kubawa engkau kesini untuk kugunting lidahmu”,
maka orang itu menarik lidah beliau lalu mengguntingnya dan berkata,
“ambillah potongan lidahmu ini, dan pergilah untuk kembali memuji Muhammad”,
Maka Farazdaq pun menangis karena rasa sakit dan juga sedih tidak bisa lagi membaca syair untuk sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Kemudian beliau datang ke makam Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan berdoa :
“Ya Allah jika shahib makam ini tidak suka atas pujian-pujian yang aku lantunkan untuknya, maka biarkan aku tidak lagi bisa berbicara seumur hidupku, karena aku tidak butuh kepada lidah ini kecuali hanya untuk memuji-Mu dan memuji nabi-Mu, namun jika Engkau dan nabi-Mu ridha maka kembalikanlah lidahku ini ke mulutku seperti semula”,
beliau terus menangis hingga tertidur dan bermimpi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang berkata :
“aku senang mendengar pujian-pujianmu, berikanlah potongan lidahmu”,
lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengambil potongan lidah itu dan mengembalikannya pada posisinya semula, dan ketika syaikh Farazdaq terbangun dari tidurnya beliau mendapati lidahnya telah kembali seperti semula, maka beliaupun bertambah dahsyat memuji Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Hingga di tahun selanjutnya beliau datang lagi menziarahi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan kembali membaca pujian-pujian untuk Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, dan di saat itu datanglah seorang yang masih muda dan gagah serta berwajah cerah menemui beliau dan mengajak beliau untuk makan siang di rumahnya.
Beliau teringat kejadian tahun yang lalu namun beliau tetap menerima ajakan tersebut sehingga beliau dibawa ke rumah anak muda itu, dan sesampainya di rumah anak muda itu beliau dapati rumah itu adalah rumah yang dulu beliau datangi lalu lidah beliau dipotong, anak muda itu pun meminta beliau untuk masuk yang akhirnya beliau pun masuk ke dalam rumah itu hingga mendapati sebuah kurungan besar terbuat dari besi dan di dalamnya ada kera yang sangat besar dan terlihat sangat beringas, maka anak muda itu berkata :
“engkau lihat kera besar yang di dalam kandang itu, dia adalah ayahku yang dulu telah menggunting lidahmu, maka keesokan harinya Allah merubahnya menjadi seekor kera”.
Dan hal yang seperti ini telah terjadi pada ummat terdahulu, sebagaimana firman Allah subhanahu wata’ala :
فَلَمَّا عَتَوْا عَنْ مَا نُهُوا عَنْهُ قُلْنَا لَهُمْ كُونُوا قِرَدَةً خَاسِئِينَ
( الأعراف :166 )
“Maka setelah mereka bersikap sombong terhadap segala apa yang dilarang, Kami katakan kepada : “mereka jadilah kalian kera yang hina”. ( QS. Al A’raf : 166 )
Kemudian anak muda itu berkata:
“jika ayahku tidak bisa sembuh maka lebih baik Allah matikan saja”,
maka syaikh Farazdaq berkata :
“Ya Allah aku telah memaafkan orang itu dan tidak ada lagi dendam dan rasa benci kepadanya”, dan seketika itu pun Allah subhanahu wata’ala mematikan kera itu dan mengembalikannya pada wujud yang semula, manusia.
Dari kisah diatas jelas bahwa orang yang lisannya digunakan untuk bersholawat kepada Rasulullah SAW akan dimuliakan oleh Rasulullah SAW sementara yang menghalangi dan berusaha mengganggu memuji Rasulullah SAW, maka Allah SWT sendiri yang akan membalasnya.
Para 'ulama dan habaib adalah penerus perjuangan Rasulullah SAW. Kita harus menghormati beliau-beliau. 'Ulamanya umat Nabi Muhammad SAW adalah seperti Nabinya Bani Israil. Pada zaman dahulu ada 2 orang, seorang nasrani dan muslim sedang memperdebatkan tentang kehebatan nabi mereka.
Seorang Nasrani berkata,
"Nabiku lebih afdhol dari nabi mu."
Seorang Muslim menjawab,
"Oh tidak bisa. Jelas nabiku lebih afdhol dari nabimu."
Seketika itu Syech Abdul Qodir Al Jailani berjalan dan mendengar perdebatan itu kemudian Syech mendekati mereka. Kemudian beliau bertanya kepada seorang Nasrani,
"Apa nabimu lebih afdhol dari nabi kami?"
Orang Nashoro tersebut menjawab, "Ya tentu nabi kami lebih afdhol dari nabi kalian."
Syech Abdul Qodir berkata, "baiklah, sekarang afdholnya nabi mu dari segi apa?"
Nashoro tersebut menjawab, "Nabiku bisa menghidupkan yang sudah mati."
Syech berkata, "oh begitu, sekarang ikutilah aku."
Syech Abdul Qodir Jailani mengajak kedua orang tadi termasuk orang nashoro tersebut kesebuah pemakaman, lalu Syech berhenti disebuah makam. Kemudian beliau berkata kepada orang nashoro tersebut,
"Bagaimana cara nabimu menghidukan yang sudah mati?"
Nashoro tersebut menjawab, "Nabiku cukup mengatakan *qum biidznillah (Bangunlah dengan izin Allah* lalu mayat tersebut akan hidup kembali."
Syech Abdul Qodir berkata, "baiklah, lihat ini."
Kemudian Syech menunjuk makam tersebut dan mengatakan *qum biidznillah*, maka mayat dalam kuburan itu keluar dari kubur dan hidup kembali.
Hal ini untuk membuktikan, bahwa mulianya umat Rasulullah SAW. Terlebih para 'ulamanya, beliau adalah penerus dakwah baginda Rasulullah SAW. Semoga kita selalu dapat mencintai dan menghormati para 'ulama, habaib, terlebih terhadap durriyahnya Rasulullah SAW."
Semoga bermanfaat...
Shollu'alan Nabii Muhammad...!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar